by - Agustus 20, 2019

Cerita Perihal Kurban




            11 Dzulhijjah 1440 H atau bertepatan 12 Agustus 2019 M, pondok tempatku memungut hikmah dan belajar tentang memaknai hidup melaksanakan ajaran Nabi Ibrahim yakni berkurban. Tentu, yang disembelih bukan santri-santrinya. Melainkan sapi, kambing dan domba yang dikurbankan.
            Proses penyembelihan hewan kurban dilaksanakan oleh panitia yang terdiri dari ustadz-ustadz pondok dan warga desa. Lalu santri-santri kebagian apa? Ya mereka kebagian yang enteng-entengnya, yaitu bagian lihat-lihat dan takbir-takbirnya. Jika dibebani kapasitas untuk menyembelih, aku nggak akan sanggup untuk membayangkan apalagi menuliskan bagaimana kejadian yang akan terjadi.
            Banyak keseruan-keseruan yang terjadi ketika acara menyembelih hewan kurban bareng para santri, ustadz-ustadz, dan warga. Sebagai penonton, mereka tentu cuma penyumbang suara mayor di bagian acara tersebut. Yang kerjaan paling hebatnya adalah komentar layaknya warganet negara kita.
            Setelah disembelih, hewan kurban dikuliti. Bagian ini, mereka tetep tidak ngapa-ngapain. Kerjaan mereka selain berkomentar ya tentu hanya melihat-lihat saja. Sebab, mereka tak memiliki keahlian apapun dalam hal ini. Alih-alih pengulitan, mengurus diri sendiri saja masih sempoyongan.
            Usai dikuliti, daging dipotong-potong. Di bagian ini turut serta dilakukan pemisahan daging dari tulang. Bagian ini mereka juga lagi-lagi tidak bisa berbuat apa-apa. Tentu yang dilakukan hanya mondar-mandir, berkomentar, sembari melihat-lihat.
            Di bagian timbang-menimbang daging, tampak santri-santri sudah ada yang mampu terlibat. Hal ini membuat saya sedikit agak lega dan bersyukur sebab momen seperti ini terasa mewah bagi saya di pondok tempat saya satu tahun terakhir ini numpang mencari hal-hal baru.
            Di bagian pengemasan dan pendistribusian, sudah banyak santri-santri yang terlibat. Tetapi tidak secara menyeluruh. Aku turut terlibat dalam pendistribusian daging-daging kurban itu. Sebagai apa? Ya sebagai ahlu jepret amatiran. Jujur, kapasitas megang canon masih sampai tahap auto. Belum ahlu jepret-jepret. Tapi bodoamat.
            Yang menggelikan adalah di bagian ini, bagian yang jika ditulis akan membuat aku selalu tertawa meski pembaca akan biasa-biasa saja. Bagian yang kan selalu kuingat bukan karena lucu tetapi karena ketidak hati-hatian membuat sesuatu yang seharusnya tidak boleh ditertawakan menjadi sesuatu kesempatan yang rugi jika tidak ditertawakan.
            Jadi begini, saat seseorang hendak bagi-bagi daging kurban, ia loncar dari colt. Karena salah fokus, ia njungkel gitu aja dari colt. Teman-temannya panik segera menolong. Ketika ditanya apa sebabnya, ia menjawab jika ia butuh air mineral. Maklum, siang itu udara terik. Lalu apa yang membuat kita semua tergelak? Ya karena ekspresinya datar dan menggelikan. Lalu aku sedikit kultum dengan bilang, "Ndak papa, itu bagian dari kurbanmu." Diam-diam, batinku tergelak. Tentu, tak ada korelasi atas semua ini.

            





Persiapan Pendistribusian Daging Qurban

Kejar Tayang

Sedikit Pencitraan

Pura-Pura Kerja Keras :D







You May Also Like

0 komentar