Mozaik Ramadhan Bagian 1

by - Juni 08, 2017

Di Jalan Itu

jalanan kian bising
sikut salip suka suka
jika tersenggol sakit sedikit
bukan maaf saya salah
oh tidak saya yang salah
lalu senyum mengembang diwajah-wajah anak adam
ah, dunia tak begitu
mata memicing
memaki-maki
lalu berteriak seikhlas hati "mata woy mata ditaruh mana"
lalu merdeka jika maki-maki terlaksana
saudara, dimana letak keselamatan milik bersama?
*Ramadhan ke-5 #catatanmenuju21hariujicoba

Hiburan Tuhan

Tentang dongeng
Sebuah negeri
Tuhan mengayakan alamnya
Lalu memiskinkan cara pandangnya
Percakapan sehari-hari diisi dengan perdebatan
Sibuk berkomentar
Mencemaskan sesuatu
Sesuatu yang dicemaskan sia-sia
Sibuk berbalas pantun di media
Tuhan lantas membiarkan mereka
Membiarkannya untuk begitu
Sebagai selingan yang lumayan jadi hiburan
Barangkali negeri itu dicipta
Untuk hiburan Tuhan semata
*Ramadhan ke-6 #catatanmenuju21hariujicoba


Mengurai Risau

Risau kiranya tau semestinya harus bagaimana
Saat malam kian menua
Jangkrik berderik
Angin berhembus tipis mengelus kulit
Tak ada kata
Tak ada tawa
Pun juga bahagia turut tiada
Aku mengerti kiranya harus bersikap bagaimana
Ketika bahagia kita hanyalah lagu lama
Tak memasuki musimnya
Lalu aku bisa apa?
Menutup mata
Berdiam di atas luka-luka
Kala matamu selalu menyala
Menggores hingga ke ujung dalam ingatan
Tapi aku tak papa
Hanya aku akan terus mengurai risau yang tiada habisnya
*Ramadhan ke-7, #catatanmenuju21hariujicoba


Angin Rindu

Angin pulang tanpa desau
Ia murung
Tak mampu menahan hawa rindu
Pilu
Ambruk pada hawa sepi
Mendesis pelan pada malam yang kelam
Adakah rindu yang bisa diredam?

*Ramadhan ke-8, #catatanmenuju21hariujicoba

Tentang Pergi dan Pulang

Tuan, kiranya pergi adalah jalan
Maka lakukan
Tak ada tali-tali yang menjerat kepergianmu
Jika bahagia
Maka kukirim doa-doa sebagai tiangnya
Agar kokoh dan jalanmu kian tegap
Berlarilah menjauh sekencangnya
Bila tiba-tiba kakimu tersandung batu sebesar krikil
Atau jalan yang kau lalui buntu
Tengoklah ke belakang
Betapa tanganku siap terbuka lebar
Menampung segala duka yang kau bawa pulang
Bukan aku malaikat yang sabar
Tetapi kiranya aku mengerti
Bahwa setiap kepergian akan selalu ada waktu untuk kepulangan
*Ramadhan ke-9, #catatanmenuju21hariujicoba


Malam yang Sepotong

Hadiah itu darimu
Sebelum kau pergi menuruti langkah kaki
Temaram dengan serpihan bintang-bintang
Takjub aku kala itu
Namun sayang
Bintang turut memudar
Menyisakan temaram yang remang
Tentang kepulanganmu yang entah kapan gerangan
Tiba-tiba bayanganmu dalam kepala turut hilang
Sirna tak berbekas
Malam yang sepotong kugenggam
Darimu
Lalu kuremas dan kupulangkan
*Ramadhan ke-10, #menuju21hariujicoba


Yang Abadi Hanyalah Rindu 

Rindu diam-diam merayap
Memenuhi dadaku
Katamu bertemu adalah obat
Nyatanya rindu semakin tega menyelinap
Pelan-pelan kurontokkan rindu yang kerap membekap
Diantara waktu-waktu yang fana
Aku mencoba mendebat
Sia-sia
Rindu memeluk kian erat
Kini aku mengerti
Keabadian bukan milik waktu
Tetapi ia hanyalah milik rindu

*Ramadhan ke-11, #menuju21hariujicoba

Gitu Aja

Di pagi buta aku dibuat ternganga
Tentang sebuah berita
Fitnah, cemooh, lalu caci maki
Dadaku sesak
Penuh dengan derita
Setiap hari berita diproduksi
Tiada henti
Dilain sudut
Tukang pos ganti profesi
Tak lagi kirim surat
Tetapi mengerjakan maklumat
Ah, aku tiba-tiba rindu
Ingin berkirim surat
Kepada Gus Dur
Bercerita bahwa negara sedang babak belur
Lalu Gus Dur tertawa seperti biasa
Pasti kamu jarang nonton bola
Sibuk memikirkan negara
Hatiku kuyu memikirkan balasan surat darinya
Kuceritakan selanjutnya bahwa Bhineka Tunggal Ika sedang dalam bahaya
Sekali lagi Gus Dur tertawa
Diam jika tidak tau apa-apa
"Gitu aja repot", kelakarnya

*Ramadhan ke-12, #menuju21hariujicoba

Seorang Pemabuk yang Memesan Takdir

Seorang pemabuk
Berjalan tertunduk-tunduk
Meneguk sebotol beer
Agar tubuhnya tak dimakan hawa dingin
Nafasnya memburu
Hawa dingin dan hangat beradu jadi satu
Efek beer yang diteguk
Di kepalanya sering muncul
Pertanyaan simpang siur
Apakah dosa pemabuk seperti dia nantinya?
Lalu tangannya berdoa
Tuhan, aku pesan takdir
Aku minum beer bukan untuk menjadi pemabuk
Melainkan untuk mengusir dingin yang terkutuk
Jadikan aku hambamu yang setia
Lalu doa ditutup
Pintu langit diketuk
Dalam hatinya,
"Seseorang bisa memesan beer, tetapi tak bisa memesan takdir"

*Ramadhan ke-13, #menuju21hariujicoba



You May Also Like

0 komentar