PEMANFAATAN GENANGAN AIR, WUJUD NYATA MENGHARGAI AIR
![]() |
Musim hujan tampak belum ingin pergi dari arenanya. Beberapa hari
ini, hujan turun dengan derasnya. Halaman sekolah yang landai dan biasa menjadi
langganan air hujan berkumpul dan kemudian menggenang menjadikannya penuh oleh
air. Seolah tampak genangan itu seperti danau baru yang tercipta karena air
hujan yang turun dengan jumlah melimpah.
Pikiran saya pun
melesat kepada berita-berita yang tampil di televisi. Meski negara ini beriklim
tropis disertai memiliki 2 kepemilikan musim yang paten, yakni hujan dan
kemarau, akan tetapi fakta berupa berita di Televisi menayangkan sejumlah kabar yang menyatakan bahwa
disejumlah wilayah alami kekeringan. Tentu saja saya kaget mendapati fakta
bahwa hujan enggan turun di sejumlah wilayah.
Hal ini kemudian
menjadikan saya turut prihatin atas apa yang dialami oleh masyarakat lain di
tanah air yakni mengalami kekeringan. Saya pun menyadari satu hal baru bahwa
air di tempat saya tinggal sungguh sangat berlimpah dan mudah didapatkan. Jika
tidak mengolahnya dengan baik, tentu saja sifat serakah pantas disandangkan
kepada kami semua yang tidak mampu memanfaatkan air dengan bijak. Oleh karena
itu, saya berpikir bahwa air yang melimpah dan menggenang di halaman sekolah
tersebut tidak boleh sia-sia menggenang dengan percuma.
Terlintaslah
sebuah ide baru yang tidak baru. Mungkin saja ide ini dianggap konyol,
terdengar lucu, serta menggelikan. Memanfaatkan genangan air di halaman sekolah
untuk menyiram tanaman yang ditanam di pekarangan sekolah. Ya, terdengar
menggelikan, bukan? Akan tetapi hal tersebut sungguh tidak apa-apa.
Hitung-hitung menghemat air yang menurut UNESCO tahun 1978 dalam Kodoatie dan
Sjarief (2010) ketersediannya hanya sekitar 2,5%. Seiring pertumbuhan jumlah
penduduk, kebutuhan air tentu saja meningkat. Jika tidak menghargai air secara
demikian, apa yang terjadi kepada seluruh isi penduduk bumi? Tentu saja
perlahan akan berdampak mengerikan.
Saya mengajak anak didik saya untuk menyiram tanaman yang ada di sekitar sekolah disirami menggunakan air genangan di halaman sekolah. Mendapati hal seperti ini, anak didik saya menganggap saya sebagai guru waras tidak waras tentu saja. Tetapi saya tidak terlalu peduli selama ide saya tidak membahayakan dan merugikan alam. Saya pun mengutip kata mutiara milik Harry Slyman kepada anak-anak didik saya “Hidup mulia seperti emas dan bermanfaat seperti air.”
Mereka pun terpana oleh quote tersebut. Bukan karena saya hebat akan tetapi mereka saya beri penjelasan mengenai :
#HariAirDuniaXXIX2021 #MengelolaAirUntukNegeri #SigapMembangunNegeri.
Ya, dalam rangka merawat keberlangsungan hidup mereka dan generasi mereka selanjutnya. Mereka pun antusias menyirami tanaman dengan genangan air.
0 komentar