PEMANFAATAN GENANGAN AIR, WUJUD NYATA MENGHARGAI AIR

by - Maret 16, 2021

 




Musim hujan tampak belum ingin pergi dari arenanya. Beberapa hari ini, hujan turun dengan derasnya. Halaman sekolah yang landai dan biasa menjadi langganan air hujan berkumpul dan kemudian menggenang menjadikannya penuh oleh air. Seolah tampak genangan itu seperti danau baru yang tercipta karena air hujan yang turun dengan jumlah melimpah.

            Pikiran saya pun melesat kepada berita-berita yang tampil di televisi. Meski negara ini beriklim tropis disertai memiliki 2 kepemilikan musim yang paten, yakni hujan dan kemarau, akan tetapi fakta berupa berita di Televisi menayangkan  sejumlah kabar yang menyatakan bahwa disejumlah wilayah alami kekeringan. Tentu saja saya kaget mendapati fakta bahwa hujan enggan turun di sejumlah wilayah.

            Hal ini kemudian menjadikan saya turut prihatin atas apa yang dialami oleh masyarakat lain di tanah air yakni mengalami kekeringan. Saya pun menyadari satu hal baru bahwa air di tempat saya tinggal sungguh sangat berlimpah dan mudah didapatkan. Jika tidak mengolahnya dengan baik, tentu saja sifat serakah pantas disandangkan kepada kami semua yang tidak mampu memanfaatkan air dengan bijak. Oleh karena itu, saya berpikir bahwa air yang melimpah dan menggenang di halaman sekolah tersebut tidak boleh sia-sia menggenang dengan percuma.

            Terlintaslah sebuah ide baru yang tidak baru. Mungkin saja ide ini dianggap konyol, terdengar lucu, serta menggelikan. Memanfaatkan genangan air di halaman sekolah untuk menyiram tanaman yang ditanam di pekarangan sekolah. Ya, terdengar menggelikan, bukan? Akan tetapi hal tersebut sungguh tidak apa-apa. Hitung-hitung menghemat air yang menurut UNESCO tahun 1978 dalam Kodoatie dan Sjarief (2010) ketersediannya hanya sekitar 2,5%. Seiring pertumbuhan jumlah penduduk, kebutuhan air tentu saja meningkat. Jika tidak menghargai air secara demikian, apa yang terjadi kepada seluruh isi penduduk bumi? Tentu saja perlahan akan berdampak mengerikan.

            Saya mengajak anak didik saya untuk menyiram tanaman yang ada di sekitar sekolah disirami menggunakan air genangan di halaman sekolah. Mendapati hal seperti ini, anak didik saya menganggap saya sebagai guru waras tidak waras tentu saja. Tetapi saya tidak terlalu peduli selama ide saya tidak membahayakan dan merugikan alam. Saya pun mengutip kata mutiara milik Harry Slyman kepada anak-anak didik saya “Hidup mulia seperti emas dan bermanfaat seperti air.” 

     Mereka pun terpana oleh quote tersebut. Bukan karena saya hebat akan tetapi mereka saya beri penjelasan mengenai  :

#HariAirDuniaXXIX2021 #MengelolaAirUntukNegeri #SigapMembangunNegeri. 

Ya, dalam rangka merawat keberlangsungan hidup mereka dan generasi mereka selanjutnya. Mereka pun antusias menyirami tanaman dengan genangan air.  

 

 

You May Also Like

0 komentar