Mozaik Ramadhan Bagian 2

by - Juni 22, 2017

Berkalang Sepi

Malam menua
Pada tembok bercat kusam
Ia sering bercerita
Tentang sepi
Bukan kesendirian yang membuatnya merasa sepi
Tetapi merasa sepi di tempat ramai
Lalu tembok menertawakannya
Terbahak
Hingga lupa bahwa yang bercerita hanyalah seorang penakut
Takut pada sepi dan kesepian
Hingga ia merasa sepi kemudian
Sampai pada kesempatan ia berkalang sepi yang memilukan
*Ramadhan ke-14, #menuju21hariujicoba



Kau Adalah Candu

Kau adalah candu untuk kumaki-maki
Pada setiap gerakmu
Mataku nyalang mengawasi
Kau adalah candu untuk kumaki-maki
Pada setiap kebijakanmu
Mulutku siap mencaci maki
Kau adalah candu untuk kumaki-maki
Pada setiap bicaramu
Telingaku siap meradar
Kau adalah candu untuk kumaki-maki
Sebab hadirmu
Banyak orang yang tak sudi

Kau adalah candu
Untuk dibenci
*Ramadhan ke-15, #menuju21hariujicoba



Janji Tuhan

Tuhan, setiap pagi dan petang aku berusaha mengingatmu
Sesuai pinta-Mu
Meski sering alpa kulakukan
Atau kadang kulakukan dengan perasaan enggan
Tuhan, kadang disetiap bara luka yang tersimpan dalam hatiku
Aku mengingatmu begitu sering
Menyebut asma-Mu tanpa ba bi bu
Agar Kau welas asih pada hidupku
Tetapi jika bahagia itu datang
Aku seperti hilang ingatan
Tak peduli pada campur tangan-Mu
Dan jika bahagia itu tiba-tiba pergi
Aku merutuk tiada henti
Menyalahkan segalanya yang Engkau beri
Tuhan, dalam janjimu jika aku datang dengan berjalan
Maka Engkau akan menyambutku dengan berlari
Tapi sekali lagi Tuhan, seringkali
aku lupa
Aku lupa pada ke-Maha-an-Mu
Sekali lagi Tuhan, sesuai janji-Mu
Aku berdoa, berikanlah aku cahaya
Dan perkenankanlah kiranya
*Ramadhan ke-16, #menuju21hariujicoba



Kembali 

Saat petang menjelang kau pulang tiba-tiba
Kau bawa wajahmu yang bercahaya dan sorot matamu yang mempesona
Selalu saja hatiku tersayat akan ketajamannya
Di ambang pintu aku menyapa
Hai, kenapa belum saatnya kau tiba?
Kau tersenyum getir
Di pelataran sunyi tiba-tiba kau menangis
Air matamu adalah puncak kelemahanku
Aku selalu tidak bisa berbuat apa-apa jika kau sudah begitu
Ada apa?
Tangismu justru pecah menjadi-jadi
Hatiku sembilu tak mengerti apa yang terjadi
dan kau kembali dengan menangis yang tiada henti

*Ramadhan ke-17, #menuju21hariujicoba


Berserah

Waktu yang beranjak pergi
Lalu kenangan yang memaksa tinggal
Membuat aku mengerti
Tentang keangkuhan
Rasa takut yang menjelma
Bahagia yang kadang tak sempat usai
Hati yang sering terluka
Bagian dari rupa-rupa hidup
Yang entah kapan berubahnya
Duduk tertunduk
Menekuk
Berserah lalu rebah
Bukankah hidup sejatinya mengusir ketakutan lalu berserah kemudian?
*Ramadhan ke-18, #menuju21hariujicoba
 
 
Menua Bersama Waktu

Sungguh betapa pening
Menghabiskan waktu di tempat-tempat yang bising
Kau sibuk menjalankan rutinitas

Yang kau juga tak tau maknanya hingga tuntas
Mengeluh
Mengaduh
Lalu menua bersama waktu
Hingga sampai pada kenyataan
Bahwa kau hanyalah seorang pensiunan
*Ramadhan ke-19.
#menuju21hariujicoba



Serupa Debur Ombak

Aku ingin disetiap pertemuan kita
Serupa debur ombak yang mengecup bibir pantai
Syahdu nan haru
Tak ada kata untuk memintamu menetap
Tapi kau tau kapan waktu untuk bertatap
Melepasmu layaknya debur ombak memang menyayat
Tapi menahanmu sama saja mengumpulkan petaka yang berkali lipat
Serupa debur ombak yang pergi meninggalkan pantai
Aku ingin membiarkanmu pergi menjauhiku mundur
Pelan juga teratur
Tak ada janji yang mengatur
Atau bicara yang luntur
Serupa debur ombak yang pergi meninggalkan pantai
Tak ada pisah yang abadi
Diantara waktu yang fana lagi sunyi
Biarkan rindu mengotori
*Ramadhan ke-20, #menuju21hariujicoba



Serupa Ikhlas dan Sabar 

Sepi menukik
Awan hitam berkoloni
Angin tipis membelai dedaunan
Pada rintik hujan yang jatuh ke bumi
Keikhlasan kerap kali dipertanyakan
Bagaimana caranya
Seperti apa bentuknya
Ataukah ia hanya kata-kata
Untuk melepas apa yang kita punya
Juga daun yang gugur
Jatuh pelan tak bersuara
Terdiam tanpa merasakan apa-apa
Kesabaran bukan lagi kata
Tetapi pola
Bagaimana manusia merapal doa
Yang kadang tak kunjung tiba
Untuk tetap menanti
Kapanpun kedatangannya
*Ramadhan ke-21, #menuju21hariujicoba
 
 
Diantara Jejak-Jejak 

Diantara jejak-jejak yang pernah kuikuti
Akhirnya aku memutuskan kembali
Ternyata ialah sebatas bayang-bayang
Percuma jika kukejar hingga seberang

Kutumpahkan segala dukaku pada sebuah nampan
Tangisku pecah diantara malam yang jahanam
Rindu mengetuk
Sementara aku rajin mengutuk
Berkelebat bayangmu mendekat
Diantara malam yang ganjil
Ketika kurengkuh
Ternyata kekosongan yang mampir
*Ramadhan ke-22,#menuju21hariujicoba

 

 

 

You May Also Like

0 komentar