Selembut Sentuhan Angin di Puncak Gunung Beruk

by - Oktober 12, 2015


Menjadi mahasiswa adalah pilihan setiap orang yang bisa memilih karena tidak semua orang mempunyai kesempatan akan sebuah pilihan. Disamping memiliki keistimewaan menurut kebanyakan orang, menjadi mahasiswa memiliki sebuah resiko. Resiko sebab keistimewaan yang disandangkan kepadanya hingga menuntut mereka untuk tetap survive dengan keadaan. Resikonya adalah beban tugas seabrek yang dibebankan oleh para dosen kepada para mahasiswanya. Tidak tanggung-tanggung saat membebankan tugas kepada mereka, deadline yang kerap kali membuat mahasiswa melupakan jati dirinya sebagai anak muda yang seharusnya memahami setiap inci dunia. Hingga mereka sering mengatakan, “aku lupa rasanya piknik”.
Melalui pengalaman pribadi yang menurut kebanyakan orang memiliki keistimewaan dan wajib menanggung segala resiko atas sebuah pilihan, maka aku memutuskan untuk meninggalkan sejenak berbagai macam tugas dan jadwal deadlinenya. Aku memilih mengingat kembali rasa piknik dan hakikatku sebagai manusia biasa yang bebas dari berbagai macam tekanan. Karena sudah hampir sebulan berjibaku dengan tumpukan tugas yang tidak kunjung ada habisnya.
Minggu  4 Oktober 2015 menjadi saksi bagaimana aku mengenangmu, baper ih. Mengenang kembali bagaimana rasa piknik dan siapa aku dalam arti manusia yang bebas dan merdeka. Melupakan bahwa sehabis Minggu adalah Senin dan melupakan bahwasanya tugasku menunggu untuk dirampungkan. Meninggalkan kerumitan yang menjadikan segala sesuatu  menjadi nampak rumit padahal amat sederhana. Memilih untuk pergi piknik dengan jangkauan paling mudah dan murah.  Serta tidak ribet dan yang terpenting adalah otakku bisa sedikit lebih segar dan jernih dalam berpikir nantinya, tugas akan diapakan.
Aku memilih ke kawasan pegunungan, mengingat daerah tempat tinggalku bukan kawasan laut. Tujuanku adalah gunung Beruk, Karangpatihan, Balong.  Destinasi yang aku pilih bersama teman-temanku ini adalah kawasan wisata baru, yang baru saja dibuka sekitar 3 minggu. Gunung dengan ketinggian 721 mdpl. Tidak terlalu tinggi namun cukuplah memerlukan usaha untuk mendaki setiap langkahnya, apalagi aku adalah pendaki amatiran (mendaki sambil merangkak).
Proses menuju puncaknya yang tidak seberapa bagi teman-temanku dan betapa berjuangnya aku demi sebuah piknik, akhirnya sampailah aku pada puncaknya. Kondisi gunung yang kering karena bukan musim penghujan cukup membuat kami terasa amat lelah. Panas gaes! Tetapi ada satu kebahagiaan yang setidaknya bisa bikin kami menghembuskan nafas lega, horaaaay akhirnya kami meninggalkan tugas!!!
Di ketinggian 721 mdpl dengan kondisi yang cukup panas itu kami tetap memaknai dengan rasa syukur yang penuh. Tuhan tetap memberikan keistimewaan kepada siapapun dan kepada apapun dibalik segala kekurangannya. Dari puncak Beruk ini setidaknya kamu bisa menikmati secuil panorama yang bisa dibilang cukup menyenangkan untuk melupakan tugas barang sejenak. Selembut sentuhan angin yang memanjakan kami dengan kelembutan  lalu menerpa wajah dengan keramahannya yang memiliki khas pegunungan membuat kami kagum, bahwasanya Tuhan selalu menciptakan sesuatu yang pas. Tidak ada yang sia-sia apa yang telah diciptakan Tuhan.
Lalu, nikmat Tuhan yang mana lagi yang akan kau dustakan?
Di puncak Beruk ini terdapat keistimewaan yang sederhana yakni kamu dapat menikmati lembutnya terpaan angin melalui rumah pohon. Rumah pohon ini semacam papan yang dipasang di atas pohon dengan jalan tangga untuk menaikinya. Jangan membayangkan seperti rumahmu ya yang memiliki keistimewaan berlebih. Rumah pohon adalah istilah untuk mewakili daya tarik kawasan ini.
Puncak Gunung Beruk bila dinikmati dari atas (baca:rumah) pohon.



Medan yang dilalui untuk menuju ke areal wisata gunung Beruk ini tidak sulit ditempuh. Dari kecamatan Balong sekitar 20 menit untuk menuju ke lokasi wisata tersebut, tepatnya di Karangpatihan yang notabene sering dijuluki kampungnya orang idiot. Namun memiliki potensi wisata yang cukup bisa diandalkan. Karena masih baru, yakni sekitar 3 minggu dibuka maka fasilitasnya pun masih sederhana. Dan diolah oleh pemuda desa di Karangpatihan secara bersama.
Tertarik menghilangkan penat? Atau menikmati lembutnya terpaan angin dari puncak Beruk di atas pohon? Atau menikmati salah satu ciptaan Tuhan? Cukup datang ke Karangpatihan dengan mengeluarkan kocek murah sebesar Rp.3000,- untuk parkir saja, maka kamu akan disuguhi pemandangan yang dapat cukup menghilangkan kebuntuan pikiranmu. Selamat mencoba! Salam Traveling!
Berikut hasil ceprat-cepret tipisnya...




You May Also Like

0 komentar